Upaya meningkatkan hasil pertanian tidak selalu dengan luasnya lahan. Dalam dunia pertanian dikenal istilah sistem tumpangsari. Dengan sistem ini, hasil pertanian dapat meningkat bila dilakukan dengan pengelolaan yang benar.
Lambat laun berkurangnya lahan pertanian akan menjadi keniscayaan. Beriring dengan bertambahnya jumlah manusia, tentu banyak lahan yang akan dijadikan hunian. Padahal berkembangnya jumlah penduduk juga perlu diimbangi dengan ketersediaan bahan pangan.
Lantas apakah sistem tumpangsari benar-benar mampu menjadi solusi untuk ketersediaan pangan? Apa keunggulannya jika dibanding sistem yang lain?
Apa itu Sistem Tumpangsari?

Hingga saat ini, istilah sistem tumpangsari masih sering bergaung di telinga para petani. Padahal sistem ini telah ada sejak lama, sebagai solusi pertanian di lahan terbatas.
Jika ditelusuri, sistem pertanian satu ini berawal dari Kabupaten Kendal. Atas instruksi dari Gubernur Jenderal Daendels, sistem tumpangsari pertama kali dilakukan oleh seorang Belanda bernama Molliers. Sebagai solusi atas meningkatnya jumlah penduduk Pulau Jawa waktu itu.
Disebabkan tanah di Jawa waktu itu masih sangat subur, maka hasil pertanian dari sistem ini begitu memuaskan. Dimana dalam satu kali panen, hasilnya banyak dan beragam.
Dengan demikian, sistem tumpangsari dapat dipahami sebagai memaksimalkan lahan pertanian untuk menanam berbagai tanaman. Dimana dalam dunia modern saat ini, dalam sistem ini terdapat tanaman utama dan tanaman pendamping.
Pelaksanaan sistem tumpangsari sebaiknya dilakukan dengan tanaman semusim. Meski bisa diterapkan dengan jenis tanaman yang tidak semusim, namun hal itu tidak diproyeksikan untuk pertanian pangan. Untuk mendapat bahan pangan yang banyak, petani sebaiknya menanam tanaman semusim.
Biasanya sebagai upaya keberhasilan sistem ini, petani memaksimalkan peran kelompok tani. Dengan kelompok tani, petani bisa saling tukar informasi. Utamanya terkait tanaman sejenis dan cara pengelolaan yang benar dari sistem tumpangsari.
Terlebih saat ini tanah di Jawa khususnya, tidak sesubur masa lalu. Dengan demikian meski telah menerapkan sistem tumpangsari, hasil tidak akan maksimal jika tanah tidak subur. Perlu tukar pengalaman untuk keberhasilan dalam upaya peningkatan hasil pertanian.
Keunggulan Sistem Tumpangsari

Ada banyak keunggulan dari sistem pertanian tumpangsari. Dan berikut adalah beberapa keunggulannya:
1. Solusi Lahan Sempit
Sebagaimana yang telah disinggung di awal, sistem pertanian ini menjadi solusi pertanian lahan sempit. Sebab sistem ini berupaya memaksimalkan sebuah lahan untuk menanam beragam tanaman. Yaitu tanaman utama dan pendamping.
Banyak petani yang tidak hanya bisa menanam padi dengan sistem pertanian ini. Namun juga bisa menanam tanaman pendamping. Beberapa tanaman yang biasanya dijadikan pendamping padi alah cabai rawit, jagung atau wortel.
Untuk hasil yang maksimal petani bisa menanam dalam lahan pertaniannya tanaman sejenis. Dengan demikian waktu panen bisa mendapat hasil yang beragam.
2. Menghindarkan dari Hama
Selain itu dengan sistem tumpangsari juga bisa menghindarkan dari hama, khususnya pada tanaman utama. Hal itu dikarenakan hama akan lebih teralihkan pada tanaman pendamping sebelum menyerang ke tanaman utama.
Hal ini bisa menjadikan petani meminimalisir dalam penyemprotan pestisida. Kalaupun sudah dijumpai ada hama yang mulai mengganggu tanaman pendamping, maka petani bisa segera melakukan tindakan.
3. Menambah Unsur Hara
Untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal tanaman membutuhkan unsur hara. Dimana jika tanaman hanya menerapkan sistem monokultur, biasanya unsur hara tidak akan terbagi maksimal.
Dengan demikian adanya tanaman pendamping akan membantu memperbanyak unsur hara dalam tanah. Terlebih jika tanaman pendamping yang ditanam adalah dari kacang-kacangan. Dengan senyawa nitrogen yang ada pada tanaman kacang-kacangan, unsur hara dalam tanah pun akan tercukupi.
4. Memberi Hasil Variatif
Selanjutnya keunggulan dari sistem tumpangsari tentu akan berdampak pada hasil panen. Selain menjadikan hasil panen lebih maksimal, hasilnya pun juga variatif. Dengan demikian akan menjadi keuntungan tersendiri bagi para petani.
Selain itu jika ada hasil panen yang tidak maksimal, akan tertutupi dari hasil panen yang lain. Petani pun menjadi tidak terlalu rugi saat terjadi gagal panen.
Nah itulah beberapa keunggulan jika petani menerapkan sistem tumpangsari dalam pertaniannya. Selain beberapa keunggulan di atas, tentu masih ada keunggulan lainnya. Terlebih saat ini sistem ini pun bisa diterapkan pada pekarangan rumah dengan kemajuan teknologi.
Hindari dalam Aplikasi Sistem Tumpangsari

Meskipun kelebihan sistem tumpangsari dapat memaksimalkan hasil pertanian, namun petani tetap perlu jeli. Sebab dibalik kelebihan tentu ada kekurangan.
Pertama petani perlu menghindari menanam tanaman yang saling menarik nutrisi. Contoh dari hal ini adalah petani perlu menghindari menanam jenis bawang-bawangan bersamaan dengan jenis kacang-kacangan. Selain itu tentu masih ada jenis tanaman yang tidak cocok.
Kedua petani perlu menghindari sifat abai ketika telah terjadi gangguan pada tanamannya. Baik itu pada tanaman pendamping maupun tanaman utama. Untuk keamanan, petani bisa memberikan perekat pestisida sebagai antisipasi.
Ketiga petani perlu menghadiri memaksakan sebuah tanaman pada suatu lahan. Sebab terkadang ada tanaman yang tidak cocok ditanam pada lahan tertentu. Dengan demikian petani perlu jeli dalam menentukan tanaman sebelum melakukan proses tanam.
Ketiga hal di atas hanya beberapa hal yang perlu diperhatikan petani untuk dihindari. Selain itu tentu petani perlu jeli melihat apa yang perlu dilakukan untuk kesuburan lahannya. Sebab biasanya kualitas akan mudah menurun jika terus dipaksakan untuk menanam tanaman yang sama.
Nah itulah sedikit ulasan terkait sistem tumpangsari. Pada dasarnya sistem ini memiliki berbagai keunggulan, namun untuk diterapkan di semua daerah Indonesia sepertinya perlu pengkajian lebih mendalam. Petani jangan tergesa-gesa menerapkan jika belum melihat potensi lahan pertaniannya.