Dalam usaha maksimalisasi hasil panen, ada banyak hal yang perlu dihadapi. Selain persiapan varietas bibit dan pupuk yang berkualitas, keadaan alam menjadi tantangan tersendiri. Dari sekian banyak kejadian alam, fenomena La Nina perlu menjadi perhatian serius.
Iklim dunia saat ini sudah mengalami perubahan. Dengan demikian perubahan iklim hampir tidak bisa diprediksi. Jika terjadi perubahan iklim yang signifikan, hal ini akan berpengaruh pada hasil panen. Bukan hanya rugi dalam pertanian, para petani bahkan bisa gagal panen jika tidak mengantisipasi.
Lantas apa yang perlu dipersiapkan para petani untuk antisipasi terjadinya La Nino di Indonesia? Simak ulasan berikut dan dapatkan informasinya!
Fenomena La Nina di Indonesia

Sebagai daerah tropis, peristiwa La Nina berpotensi terjadi Indonesia. Fenomena ini satu sisi bisa berdampak positif sebab keberadaan air akan melimpah. Namun di sisi lain akan menjadi sebab munculnya berbagai musibah.
La Nina sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Spanyol yang artinya gadis kecil. Namun jika hanya melihat makna harfiah tersebut, maka tidak akan memberi pemahaman. Untuk mengetahui pengertian La Nina perlu melihat penjelasan para ahli.
Secara sederhana, La Nina dapat dimaknai sebagai fenomena iklim ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal. Pendinginan tersebut menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia secara umum.
Dengan demikian keadaan debit air di Indonesia akan meningkat. Meski air baik untuk tanaman, namun jika berlebih tentu akan membahayakan. Bahkan jika sampai terjadi banjir, bisa saja tanaman ikut tenggelam dan terjadi gagal panen.
Sedangkan fenomena La Nina di Indonesia tahun ini, menurut prediksi BMKG akan terjadi dalam rentang bulan Juli-September. Dimana sebelum datangnya fenomena itu, para petani perlu bersiap. Tidak hanya menyiapkan bibit yang sesuai, namun juga setiap hal yang terkait.
Sebab dalam usaha menjaga dan meningkatkan hasil panen perlu banyak persiapan. Selain pemilihan pupuk yang baik seperti pupuk KCL cair, bersiap menghadapi iklim buruk juga perlu. Dengan demikian usaha tani tidak menjadi sia-sia sebab diterjang bencana.
Persiapan Untuk Antisipasi, Apa Saja?

Mempertimbangkan dampak La Nina yang salah satunya mengancam hasil panen, para petani memang perlu persiapan. Dan berikut adalah referensi sebagai langkah persiapan:
1. Memantau Informasi BMKG
Langkah pertama untuk persiapan tentu dengan terus memantau informasi dari BMKG. Sebab perubahan iklim saat ini sudah bisa diprediksi dengan melihat pergantian bulan.
Meski perkiraan BMKG tidak bisa dipastikan kebenarannya, setidaknya alat yang dimiliki lebih memadai. Dengan adanya alat-alat canggih dan modern tentu akan lebih akurat dalam membaca iklim dan cuaca.
Dengan up to date informasi dari BMKG, persiapan petani dapat lebih matang. Sebab mereka akan terus memperbaharui perkiraan sesuai dengan gejala alam yang terjadi. Petani pun tidak akan terlambat untuk menyelamatkan tanaman dan resiko gagal panen dapat diminimalisir.
2. Menyiapkan Saluran Air
Selanjutnya setiap petani juga perlu menyiapkan saluran air yang baik. Sebab ketika hujan dengan intensitas tinggi terjadi, adanya saluran air yang baik akan sangat bermanfaat.
Hal ini terutama bagi petani yang menerapkan konsep pertanian terpadu. Sebab untuk membuat pergerakan air hujan baik, perlu saluran air yang memadai. Dengan demikian percampuran dari konsep terpadu tidak akan terganggu dengan naiknya intensitas air.
Upaya menyiapkan saluran air ini dapat ditempuh dengan beragam cara. Mulai dari membuat saluran yang mencukupi, membersihkannya dari rumput dan sampah hingga memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Saat air datang nanti, saluran air yang sudah siap akan membantu menjaga kondusifitas tanaman.
3. Menyiapkan Bibit yang Sesuai
Selanjutnya petani juga bisa menyiasati dengan menyiapkan bibit yang sesuai. Jika terjadi fenomena La Nina, keadaan air nantinya akan meningkat drastis.
Bibit yang sesuai maksudnya adalah yang memiliki masa tanam pendek. Atau bisa juga yang memiliki daya tahan terhadap air. Dengan demikian ketika terjadi penambahan debit air, tanaman tidak akan mati. Petani tinggal melakukan langkah praktis untuk mengurangi air yang ada dalam lahan pertanian.
Nah itulah beberapa persiapan untuk menghadapi La Nina. Selain dengan beberapa persiapan di atas, tentu masih ada persiapan lain yang bisa ditambahkan oleh setiap petani. Tergantung dengan kreatifitas masing-masing.
Fenomena Setelah La Nina
Setelah terjadi fenomena La Nino, masih ada bahaya susulan yang bisa saja mengancam. La Nina yang identik dengan penambahan intensitas air, bahaya di baliknya adalah El Nino.
Dengan adanya potensi bahaya yang saling bersusulan, tentu petani perlu memutar otak. Sebab pertambahan debit air maupun kekurangan, sama-sama berpotensi mendatangkan gagal panen. Hal itu jika para petani tidak melakukan antisipasi.
Selain itu dalam upaya antisipasi terhadap kedua fenomena tersebut, tentu perlu dukungan pihak terkait. Salah satunya adalah pemerintah yang menaungi para petani.

Selain bisa memberikan informasi yang up to date, pemerintah juga perlu menyiapkan instrumen pendukung. Dengan demikian gagal panen dalam pertanian benar-benar akan bisa diatasi.
Selain dengan bantuan sumber daya seperti teknologi, pemerintah juga bisa mendukung dengan menyediakan bibit dan pupuk yang sesuai. Dimana saat memberikan komponen tersebut kepada para petani juga disertai dengan penyuluhan dan lain sebagainya.
Namun sambil menunggu perhatian dari pemerintah, petani jangan berpangku tangan. Sebab saat ini untuk mendapatkan bibit dan pupuk yang berkualitas, para petani bisa berkunjung ke Mitra Tani Abadi.
Di tempat tersebut para petani bisa mendapatkan keperluan pertanian yang sesuai. Tidak hanya bibit dan pupuk berkualitas, namun juga berbagai komponen pertanian. Tentu dengan harga yang kompetitif.
Nah meski nanti benar-benar terjadi fenomena La Nina maupun El Nino, semoga pertanian Indonesia tetap baik-baik saja. Dan tetap memberikan hasil panen yang melimpah.